Tak terasa, pelaksanaan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) 100% sudah berjalan hampir sebulan. Sejak per tanggal 4 April 2022 para siswa merasakan pembelajaran secara interaktif. Serasa tiada batasan-batasan protokol kesehatan yang sudah ditetapkan. Dikalahkan dengan adanya hasrat untuk bertemu kawan sejabat. Waktu berjalan cepat. Kini para siswa wajib bersungguh-sungguh belajar. Waktu cuti bersama selama seminggu dihabiskan bersama tumpukan buku. Sebab, kini tiap sekolah di Indonesia khususnya di Bali-Denpasar mulai mempersiapkan untuk Penilaian Akhir Tahun (PAT).
Ketika waktu dihabiskan untuk bersenang-senang semuanya berjalan lebih cepat. Sama halnya dengan waktu yang dihabiskan di sekolah. Kita cenderung bermain-main ketimbang belajar. Belajar pun jika ada ujian. Waktu istirahat di rumah lebih hampa. Kehampaan akan dirasakan setelah hari ke-5 PTM. Yakni hari Jumat, karena selama dua hari ke depan akan dihabiskan sebagian besar di rumah.
Di awal tahun, pelajar sempat merasakan betapa mengasyikkan kegiatan PTM. Layaknya kehidupan sekolah seperti biasa. Namun, perbedaannya kantin sekolah ditutup agar tidak terjadi penyebaran Covid-19 saat makan atau minum bersama. Kegiatan ekstrakurikuler juga terlaksana seperti biasa. Sebagian warga masyarakat seolah-olah kebablasan dan lupa untuk menerapkan protokol kesehatan. Tidak dapat dipungkiri hal tersebut memang menyeramkan. Kendati demikian, kebebasan dalam berinteraksi tampaknya menjadi tujuan pelajar saat pembelajaran tatap muka.
Sayangnya, di awal Februari para siswa melaksanakan kembali Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Hal tersebut terjadi karena adanya lonjakan kasus Covid-19 di salah satu sekolah menengah di Bali, tepatnya di Denpasar. Kemudian pada awal April, kembali dilaksanakan PTM. Ekstrakurikuler sempat berjalan, namun berhenti dilaksanakan secara offline sejak tanggal 7 April 2022. Atas kebijakan dari pelaksana tugas (Plt) Kepala Sekolah dan Surat dari Dinas Provinsi Bali.
Bagi beberapa orang kegiatan ekstrakurikuler dirasa kurang bermanfaat. Hal ini disebabkan karena manajemen waktu ekstra yang kurang efektif. Mengutip pernyataan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy dalam Republika.com mengungkapkan betapa pentingnya kegiatan sekolah dan ekstrakurikuler sebagai investasi bagi siswa di masa depan. Dia berpendapat, kegiatan ekstrakurikuler mampu menempa dan melatih siswa untuk menjadi pemimpin bangsa pada masa mendatang.
Kegiatan Ekstrakurikuler memiliki tujuan untuk mempermudah para pelajar dengan pembina dalam berinteraksi secara langsung. Interaksi ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pelajar yang tergabung dalam ekstrakurikuler dalam melatih minat dan bakat mereka, di samping pengetahuan saat di kelas. Tak hanya itu, dengan adanya kegiatan ekstrakurikuler, pelajar juga dapat membentuk kemampuan diri. Baik kemampuan berpikir kritis maupun kemampuan berorganisasi. Karena pada jenjang pendidikan selanjutnya maupun di dunia kerja kita wajib mengetahui bagaimana sebuah organisasi bekerja.
Meskipun begitu, terdapat sebuah hal janggal. Lantaran PTM 100% dilaksanakan tanpa beban. Sedangkan kegiatan ekstrakurikuler yang tidak diisi seluruh siswa tidak diizinkan. Bahkan tidak seluruh ekstrakurikuler melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler di sekolah. PTM yang dilaksanakan dengan protokol kesehatan abal-abal tidak dapat dibandingkan dengan pengaruh pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler.
Ekstrakurikuler yang dilaksanakan secara online cukup menjadi sebuah halangan. Khususnya bagi ekstrakurikuler yang memberikan materi dan praktek secara langsung. Para pelajar akan sulit untuk fokus dan mencerna materi yang diberikan. Sehingga, hasil praktek tidak memuaskan. Apalagi ditambah dengan kegiatan ekstrakurikuler secara online akan menyebabkan perhatian para siswa teralihkan oleh hal-hal kecil selama Zoom Meeting berlangsung.
Dengan demikian, pelaksanaan ekstrakurikuler secara online tampaknya tidak efektif dari segala aspek. Tentu, dari segi kewajiban menjaga protokol kesehatan akan terjamin. Namun, kembali ke laptop. Sebuah pilihan tentu memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan pelaksanaan ekstrakurikuler online ini tentu mencegah penyebaran virus Covid-19. Walau sama saja dengan PTM 100% yang jauh lebih beresiko. Namun dibalik itu, kondisi ekstrakurikuler secara virtual dapat menyebabkan kegagalan dalam terbentuknya karakter dan pengembangan minat bakat pelajar. Layaknya kehidupan, sebuah pilihan tentu memiliki ketidaksempurnaan. Namun, sebaiknya kita dapat berpikir mana yang lebih baik untuk masa mendatang. Mengendalikan sifat manusia yang penuh hasrat demi masa depan gemilang.