“Lewat film, kami ingin membantu Warga Kampung Bayam menyuarakan perjuangan mereka,” ucap sutradara film dokumenter Hak, Tak Berpihak, Falah Fadhlurrohman, yang menyabet dua penghargaan bergengsi di ajang Youth Sineas Award (YSA) 10, Sabtu (21/6).
Satu diantara karya yang mencuri perhatian dalam kategori Film Dokumenter adalah “Hak, Tak Berpihak”. Film pendek garapan Falah Fadhlurrohman (20) bersama tim dari Program Studi Film dan Televisi Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Film ini lahir dari kegelisahan akan nasib Warga Kampung Bayam yang kehilangan hak atas tempat tinggal akibat proyek pembangunan. Falah mengungkapkan tantangan terbesar datang dari kebutuhan akan riset mendalam, mengingat isu yang diangkat telah berlangsung selama bertahun-tahun. “Kami harus memastikan bahwa alur cerita yang kami tampilkan sesuai dengan fakta di lapangan,” tambah Falah.
Diproduksi dalam waktu kurang dari setahun, ‘Hak, Tak Berpihak’ akhirnya membuahkan hasil gemilang dengan meraih penghargaan sebagai Ide Film Terbaik dan Film Dokumenter Terbaik di ajang YSA 10. Falah juga mengapresiasi kehadiran Madyapadma sebagai penyelenggara festival, yang menurutnya telah menyediakan ruang yang tepat bagi film dokumenter untuk didengar. “Film dokumenter terkadang membutuhkan panggung yang berbeda. Madyapadma telah membuka ruang itu,” tuturnya.
Tak hanya film dokumenter yang menuntut penyampaian pesan cerita yang kuat, film fiksi pun memerlukan kedalaman pesan. Tanpa pesan yang jelas, sebuah karya film fiksi akan mudah terlupakan. Seperti film fiksi berjudul ‘Mokel’ karya Ibnu Tsaqiif (14), pelajar SMP Negeri 1 Kota Serang, Banten yang menjadi salah satu peserta YSA 10.
Lewat film ‘Mokel’, Ibnu berhasil menonjolkan kekuatan ide sederhana dengan penyampaian pesan yang kuat. “Waktu itu momennya dekat bulan Ramadhan, lalu temanku nyeletuk soal ‘mokel’ yang artinya bolongin puasa,” jelas Ibnu, yang merangkap sebagai sutradara, penulis, sekaligus kameramen. Dari celetukan itulah ide ‘Mokel’ lahir dan kemudian digarap lebih dalam bersama teman-temannya. Menurut Ibnu, pesan dalam film garapannya cukup sederhana. “Puasa bukan hanya soal menahan lapar dan haus, tetapi juga menahan hawa nafsu. Lewat film ini, aku pengen ngajak penonton buat lebih sadar dengan sisi itu,” tambah Ibnu. Butuh 4 (empat) hari, Ibnu dan timnya menyelesaikan film fiksi ini. “Walaupun waktunya mepet, tapi karena semuanya sudah disusun dengan rapi, jadi bisa jalan dengan efektif,” terang Ibnu. Meski proses produksinya singkat, film ini berhasil meraih apresiasi khusus sebagai Film Fiksi Pemula Termenarik dalam Youth Sineas Award (YSA) 10. “Jujur rasanya campur aduk, dan itu malah jadi penyemangat buat terus belajar dan berkembang,” ungkap Ibnu dengan bangga.
Sementara itu, dalam kategori film fiksi, Film “Ketulah” karya SIXMOV Films dari Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta berhasil meraih penghargaan sebagai Film Fiksi Terbaik di ajang YSA 10.
Keberhasilan ‘Hak, Tak Berpihak’, ‘Ketulah’, dan ‘Mokel’ tak lepas dari sistem penilaian yang diterapkan di YSA. Penilaian di YSA mencakup aspek ide cerita, pesan, alur, hingga unsur teknis seperti sinematografi, tata suara, musik, dan editing. Penilaian juga disesuaikan dengan kategori yang dilombakan. “Kami ingin mengapresiasi film secara utuh, sehingga sebisa mungkin semua peran yang terlibat dalam proses produksi turut dihargai,” jelas Ketua Panitia YSA 10, I Ketut Arijuna Aryawangsa (17).
Tahun ini, YSA 10 yang diselenggarakan oleh Madyapadma Journalistic Park-SMAN 3 Denpasar berhasil menggaet 209 film (139 kategori film fiksi dan 70 karya kategori film dokumenter) yang berasal dari berbagai jenjang pendidikan dan kategori umum. Peserta terbanyak datang dari kategori umum (komunitas film) dengan 97 karya, diikuti siswa SMA sebanyak 66 karya. Mahasiswa berkontribusi melalui 33 karya, sementara siswa SMP turut ambil bagian dengan 13 karya.
Peserta YSA 10 tersebar di 16 provinsi meliputi Aceh (2), Sumatera Utara (3), Sumatra Barat (1), Kepulauan Riau (4), Jambi (1), Lampung (3), Banten (8), Jakarta (15), Jawa Barat (36), Jawa Tengah (31), Yogyakarta (14), Jawa Timur (39), Kalimantan Barat (1), Kalimantan Selatan (3), Bali (46), dan Sulawesi Selatan (1). Serta dari 61 kabupaten/kota yang tersebar mulai dari Banda Aceh hingga Makassar.
Apresiasi terhadap keberhasilan penyelenggaraan YSA 10 datang dari Kepala SMA Negeri 3 Denpasar, Kadek Dwi Rustinawati, S.Pd., M.Pd. “Saya bangga dengan capaian anak-anak Madyapadma Journalistic Park yang mampu menyelenggarakan festival film berskala nasional. Mulai dari pelajar SMP dan SMA, mahasiswa dan komunitas film anak muda,” ujar Dwi Rustinawati. Dwi Rustinawati berharap, ajang YSA ini dapat menjadi ruang apresiasi bagi karya sineas muda sekaligus menumbuhkan minat masyarakat terhadap film dokumenter maupun fiksi (*).
Berikut adalah daftar para menang di ajang Youth Sineas Award (YSA) 10.

