Dominasi teknologi di setiap kegiatan masyarakat kini semakin berkembang. Bahkan penggunaan platform E-commerce untuk transaksi ekonomi digital meningkat setiap harinya. Lantas bagaimana tanggapan remaja Denpasar?
Hidup manusia perlahan berubah seiring berkembangnya teknologi. Bahkan kini kecenderungan masyarakat melakukan transaksi secara digital meningkat setiap harinya. Jika diamati lebih lanjut, transaksi ekonomi dan keuangan digital yang sejalan dengan platform E-commerce dan instrumen digital, memang semakin melonjak semenjak di masa pandemi Covid-19. Bank Indonesia (BI) bahkan telah mencatat volume transaksi digital banking melonjak 41,53% menjadi 513,7 juta transaksi pada Desember 2020. Masih di periode yang sama, Bank Indonesia juga mencatat nilai transaksi untuk digital banking naik hingga 13,91% menjadi Rp. 2.277,5 triliun. Peningkatan sebesar 30,44% juga terjadi pada transaksi yang menggunakan uang elektronik sehingga total menjadi Rp. 22,1 triliun. Lalu bagaimana persepsi remaja Denpasar mengenai penggunaan platform E-commerce yang semakin mendominasi di tengah pandemi Covid-19?
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh tim Madyapadma kepada 100 remaja Denpasar dengan batas usia 13-20 tahun pada tanggal 23 Januari 2021. Responden polling terdiri dari 71% perempuan dan 29% laki-laki. Dengan memanfaatkan formulir google menggunakan metode acak sederhana.
Hasil diperoleh menunjukkan sekitar 57% dari pada responden mengaku hanya terkadang saja melakukan transaksi ekonomi digital melalui platform E-commerce. “Sebelum masa pandemi, saya tidak terlalu sering melakukan transaksi jual beli melalu platform E-commerce. Saya lebih memilih transaksi secara langsung, karena menurut saya tidak sulit dan langsung dapat mengetahui kualitas barang ataupun melihat barang yang diinginkan,” kata Putu Winna Kartika Putri (16) siswi SMA Negeri 3 Denpasar saat diwawancarai via online oleh tim Madyapadma pada Minggu (24/01).
Sebanyak 25% responden bahkan menyatakan bahwa sebelum adanya pandemi Covid-19, mereka tidak pernah melakukan transaksi ekonomi secara digital. “Saya tidak pernah pakai transaksi online karena sebelum pandemi kita masih bisa bebas untuk belanja di mana saja, belum lagi kita jadi bisa melihat kualitas barang langsung,” ujar I Gusti Ngurah Agung Suastika(17) siswa SMA Negeri 1 Denpasar. Angka yang berbanding terbalik tampak pada 15% responden yang menyatakan sering melakukan transaksi ekonomi digital sebelum pandemi berlangsung.
Berbeda halnya dengan sebelum pandemi Covid-19 berlangsung, 24% responden mengaku sering melakukan transaksi ekonomi secara digital di saat pandemi Covid-19. Ini membuktikan adanya lonjakan 9% responden yang sering melakukan transaksi digital. “Saya biasanya membeli kebutuhan sehari-hari melalui platform belanja online. Alasannya karena lebih praktis, mudah dan murah. selain itu karena masa pandemi seperti sekarang menurut saya akan lebih aman jika berbelanja secara online,” ujar I Dewa Ayu Agung Candra Pradnya Dewi (16) siswi SMA Negeri 3 Denpasar. Lonjakan sebanyak 7% bahkan terjadi pada responden yang menyatakan sangat sering menggunakan platform E-commerce sebagai media transaksi.
Bukan hanya itu, Responden yang mengaku hanya terkadang saja melakukan transaksi digital melalui platform E-commerce menurun sebanyak 19% dari 57 % sebelum pandemic Covid-19 menjadi 38% saat pandemic Covid-19. Walau hal ini menjadi tanda penggunaan platform E-commerce sebagai media transaksi mulai mendominasi, tenyata lonjakan sebesar 2% menjadi 27% responden menyatakan tidak pernah melakukan transaksi digital di masa pandemi. “Saya hanya terkadang pakai platform E-commerce untuk transaksi karena saat ini keadaan ekonomi yang kurang baik akibat dari pandemi Covid-19,” ujar I Gusti Agung Ayu Anjani Putri (15) siswi SMA Negeri 3 Denpasar.
Sebagai media untuk melakukan transaksi digital, di mana penggunaan platform E-commerce dinilai mudah, aman, dan lebih cepat dalam melakukan transaksi. 62% dari responden setuju bahwa penggunaan platform E-commerce sebagai transaksi digital lebih menguntungkan ketimbang melakukan kegiatan transaksi ekonomi secara konvensional. “Lebih menguntungkan ketimbang ekonomi secara konvensional karena lebih mudah, lebih cepat, dan aman serta, kini transaksi digital juga bisa digunakan untuk transaksi apa pun. Mulai dari belanja online, bayar listrik, pulsa, belanja di mall, dan lain-lain,” ujar Wayan Nadya Maica Putri (15) siswi SMA Negeri 3 Denpasar. Namun 26% dari responden masih ragu dan enggan untuk menjawab. Sisanya hanya 6% responden yang menyatakan tak setuju dengan hal ini.
Dengan segala kemudahan yang di dapat jika melakukan transaksi digital tak menutup kemungkinan penggunaan platform E-commerce sebagai transaksi ekonomi akan terus mendominasi walau pandemi usai. Ini terlihat dari 70% responden yang berpendapat penggunaan platform E-commerce akan terus berkembang walau pandemi usai. “Karena karakteristik dari pada E-commerce itu sendiri praktis, efisien, dan menyenangkan. Karakteristiknya inilah yang akan tetap menarik minat masyarakat untuk tetap menggunakannya. Apalagi, dibarengi dengan perkembangan gadget yang semakin maju,” ujar I Made Manik Rama Cahyadi (17) siswa SMA Negeri 7 Denpasar. Bahkan ada 19% yang berpendapat hal ini akan sangat berpeluang. Sisanya sebanyak 8% responden enggan untuk menjawab.
Terlepas dari itu, sejalan dengan mewabahnya pandemi Covid-19, pola konsumsi masyarakat juga ikut bergeser. Menurut VP of Merchant Marketing Gojek Bayu Ramadhan, terdapat tiga pos pengeluaran konsumen paling besar di platform digital selam pandemi Covid-19 yakni, layanan pesan antar makanan online sebesar 97%, transaksi jasa pengiriman online atau belanja kebutuhan secara virtual sebesar 76% dan, transaksi antar jemput di online sebesar 75%. Hal ini akan terus meningkat mengingat pemerintah memusatkan perpanjangan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) sampai dengan 8 Februari mendatang. (ekn)