Di Balik Hiruk Pikuk Kota Pariwisata, Anak Muda Bali Bicara Udara Sehat dan Kawasan Tanpa Rokok.
Indonesian Youth Council for Tactical Changes (IYCTC) menggelar diskusi publik bertajuk “Survei Kualitas Udara di Kawasan Tanpa Rokok: Ulasan Singkat Denpasar dan Gianyar” pada Jumat (19/9). Acara berlangsung secara hybrid, yakni melalui Zoom Meeting dan luring di Nilo Coffee & Kitchen, Denpasar, pukul 13.30 hingga 16.00 WITA.
Diskusi ini menghadirkan sejumlah narasumber dari berbagai bidang, di antaranya Sekretaris Udayana CENTRAL, Dr. Made Kerta Duana, SKM, MPH, Perwakilan Orang Muda Bali, I. A. G. Pradnyawidari Dharmika, Kabid P2P Dinas Kesehatan Bali, dr. I. Gusti Ayu Raka Susanti, Kepala Dinas Kesehatan Bali, Dr. dr. I Nyoman Gede Anom, M.Kes, Project Manager Generasi Anti Rokok, Dwi Ardini Pratiwi, serta Praktisi Kebijakan & Akademisi FISIP Universitas Warmadewa, Ananda Priantara. Diskusi dipandu oleh CEO Kita Gerak Bareng, Ni Luh Rosita Dewi, dengan dukungan partisipasi sejumlah akademisi, praktisi, dan komunitas, termasuk Madyapadma Journalistic Park.
Menurut perwakilan IYCTC, Nalsali Ginting, kegiatan ini lahir dari keresahan anak muda yang melihat masih banyak pelanggaran di kawasan tanpa rokok. “Kita sudah punya aturan, tapi implementasinya belum maksimal. Karena itu, lewat riset Air Quality Monitoring, kita ingin menunjukkan bahwa rokok bukan hanya membahayakan kesehatan perokok pasif, tapi juga memperburuk kualitas udara,” jelasnya.
Ia menambahkan, survei dilakukan di tiga kota, yakni Jakarta, Yogyakarta, dan Bali. Hasilnya, Bali mencatat kondisi kualitas udara yang relatif lebih baik, namun tetap memerlukan pengawasan ketat agar label sebagai destinasi pariwisata sehat benar-benar terjaga.
Sementara itu, Dinas Kesehatan Kota Denpasar, Teguh Bahari Utama menilai materi tentang penguatan kebijakan kawasan tanpa rokok yang berdampak bagi generasi muda menjadi poin penting dalam diskusi. “Ini menjadi pembelajaran bagi Gen Z bahwa pembangunan kesehatan perlu dilakukan berkelanjutan, tidak ada yang instan,” ujarnya. Ia berharap generasi muda semakin sadar bahaya rokok dan mampu mengimplementasikan aturan KTR di Bali.
Acara ini juga menjadi pengantar menuju kegiatan clean-up puntung rokok yang akan digelar di Pantai Sanur, Sabtu (20/9). Melalui kegiatan tersebut, IYCTC ingin mengukur jumlah limbah puntung rokok yang berpotensi menjadi polutan berbahaya, termasuk mikroplastik di laut.
Nalsali menegaskan harapannya agar anak muda bisa memulai perubahan dari kesadaran diri. “Perubahan itu sulit, tapi kalau mulai dari hal kecil dan dijadikan kebiasaan, lama-lama akan menjadi budaya,” tutupnya. (gan/kss/sin)

