Dua siswa Madyapadma Journalistic Park, SMAN 3 Denpasar, Ni Kadek Dwi Cahyarani dan Ni Putu Risa Paramitha, berhasil meraih medali emas dalam ajang Indonesian Science Project Olympiad (ISPO) 2025. Mereka berhasil menjadi perwakilan tim Indonesia dalam ajang GENIUS, New York.
Bioavtur atau Sustainable Aviation Fuel (SAF) merupakan bahan bakar pesawat terbang berbasis sumber daya alam hayati. Menurut pengakuan Dwi, penelitiannya menggunakan limbah daun kamboja. “Karena di dalam daunnya itu ada senyawa benzoate yang dapat dijadikan bahan bakar,” ujarnya, Rabu (5/3). Dwi dan Risa mengembangkan bioavtur menggunakan metode distilasi, sehingga menghasilkan bahan bakar berwarna bening. Berbeda dengan penelitian sebelumnya yang berwarna kuning. Bioavtur yang sebelumnya diperlombakan di Malaysia pada November 2024.
Keikutsertaan Dwi dan Risa di ISPO sebenarnya tidak direncanakan sejak awal. Mereka awalnya fokus pada kompetisi Malaysia Technology Expo (MTE). “Aku sama Kak Risa cuma ngerjain MTE. Bikin proposal ISPO aja H-1,” tutur Dwi. Namun, kegagalan dalam seleksi Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia (OPSI) mendorong Dwi untuk bangkit. “Awalnya di ISPO ini aku mau bawain penelitian peredam bising dari OPSI. Tapi ternyata temen OPSI-ku mutusin buat nggak lanjut. Aku buru-buru cari penelitian lain biar nggak gagal lagi,” paparnya.
Dalam proses pembuatan makalah, Dwi dan Risa mengaku tidak menaruh harapan besar di ISPO. “Kami benar-benar mengejar deadline. Produk bioavtur baru selesai seminggu sebelum batas akhir pengumpulan proposal,” kata Dwi. Tantangan bertambah saat mereka harus menunggu hasil uji dari Pertamina. Sementara batas waktu pengumpulan proposal semakin dekat. “Aku sama Kak Risa ngerasa digantung di Pertamina. Hasilnya lama keluar, padahal deadline-nya besok,” ujarnya.
Ketika hasil uji laboratorium menunjukkan perubahan yang tidak signifikan dibandingkan penelitian sebelumnya, Dwi sempat putus asa. “Ternyata hasil datanya hampir sama kayak penelitian sebelumnya. Bahkan lebih jelek,” tuturnya lugas. Namun, karena beberapa data masih mirip, Dwi mencari solusi dengan mengadaptasi data penelitian sebelumnya. Sambil tetap melakukan pengembangan.
Tantangan belum berakhir. Saat sesi presentasi pada 20 Februari 2025, mereka harus beradaptasi cepat karena durasi presentasi yang diubah mendadak. “Aku sama Kak Risa udah latihan 7 menit. Tapi tiba-tiba juri persingkat jadi 6 menit,” celoteh Dwi. Meski terkejut, mereka berhasil menyelesaikan sesi dengan lancar.
Setelah sempat pesimis karena pertanyaan tajam dari juri, mereka justru dikejutkan oleh pengumuman juara pada 23 Februari 2025. Nama mereka muncul sebagai peraih medali emas di bidang lingkungan. “Aku udah mikir nggak bakal dapat juara. Tapi ternyata nama kami muncul pertama sebagai peraih medali emas,” ungkapnya. Keberhasilan Dwi dan Risa di ISPO 2025 berhasil membawa mereka untuk melanjutkan perlombaan di New York. Dwi dan Risa menjadi perwakilan peneliti muda Indonesia yang akan bertanding dengan peneliti dari seluruh dunia dalam ajang GENIUS 2025. “Kalau ada rejeki mau lanjut biar bisa sampai ke New York,” terangnya.
Dwi dan Risa berharap penelitian bioavtur dapat terus dikembangkan agar suatu hari dapat digunakan secara luas sebagai alternatif bahan bakar pesawat yang lebih ramah lingkungan. (gts)

