Ruang Workshop dipenuhi dengan suara seruan anak Trisma. Mereka berlomba - lomba mengatakan aspirasi dan pendapat mereka pada acara AA Show, Kamis (12/12). Acara AA. Show tersebut di pandu oleh Andovi & Andreas.
Biasanya ketika diminta berkumpul di ruang Widyaka Budaya atau yang sering disebut - sebut sebagai ruang workshop ini, Anak Trisma pasti ogah. Ruang workshop sering digunakan sebagai ruangan event, terutama sebagai tempat diskusi belajar. Sayangnya pada saat diskusi, banyak anak trisma yang enggan mengutarakan pendapatnya ataupun pertanyaan. Sehingga yang biasa mengutarakan, hanyalah anak yang itu - itu saja.
Menurut Andovi Da Lopez, ketika AA. Show berjalan, anak - anak Trisma berlomba - lomba menyampaikan pendapat mereka. “Anak - anak Trisma argumentasi nya itu berani, katakanlah tek-tokkannya (berbicara atau berdiskusi) enak,” kata Andovi (30). Pernyataan dari Andovi ini berbanding terbalik dengan kenyataan yang sering terjadi. Kalau menurut tanggapan Andreas Prasetya Putra (27) mengenai anak Trisma yang enggan mengangkat tangan ketika berpendapat, itu diakibatkan dengan metode diskusi yang digunakan.
Dalam AA. Show, ada 2 (dua) games yang dimainkan. Satu diantara kedua games itu adalah blind ranking. Permainan ini mengajak siswa - siswi Trisma untuk memberikan rating dan memilih 5 (lima) mata pelajaran yang dipilih siswa - siswi Trisma. Acuan dari pemilihan ini adalah bagaimana menjadi pemimpin negara. Dari segala masukan, pendapat dan diskusi yang berlangsung, di posisi pertama mata pelajaran yang paling penting bagi siswa - siswi Trisma adalah PPKn dan Agama budi pekerti. “Karena tanpa akhlak mulia sama bela negara, katanya tidak bisa memimpin negara gitu,” terang I Dsk Ny Seri Adnyani selaku wakasek humas yang juga memantau penampilan AA. Show.
Dibalik itu, ada juga yang menyampaikan bahwa mata pelajaran agama masuk ke posisi kelima. “Ada siswi namanya Ayu, Itu pertanyaannya kenapa agama nomor 5? dan dia menjawab agama itu urusan pribadi aja. Untuk development ke pribadi masing - masing,” jelas Andreas Prasetya. Jawaban yang baik dan bijaksana dari siswi kelas 10 ini menarik perhatian Andreas dan Andovi. “Jadi nggak harus jawaban kamu melenceng supaya terlihat benar dan kelihatan kamu hebat,” tambah Andreas.
Keengganan siswa - siswi dalam berpendapat dipengaruhi dari metode diskusi yang dilakukan. Seperti diskusi yang terlalu kaku sehingga siswa - siswi cenderung menjadi pasif. Jika diskusi tidak memberikan ruang aman dan kesempatan yang adil, siswa - siswi cenderung pasif karena takut salah atau dinilai negatif. Diakhir Andreas dan Andovi berharap lain kali anak - anak Trisma harus lebih dan terus berani lagi dalam berpendapat. “Kalo ada yang mengkritik berlebih, bilang aja ‘ga denger, ga denger’. Daripada kita marah - marah mending kita becandain,” ujar Andreas. Selain dari sisi bagaimana anak - anak Trisma yang punya argumen yang baik ketika berdiskusi, Andovi dan Andreas menilai anak - anak Trisma mempunyai attitude yang baik. “Cara kalian sapa kita duluan, kalian punya attitude yang baik, kalian sapa dengan semangat, kalian berani maju kedepan, kalian argumentasinya bagus. Akhirnya kita nilai, kalian ini orang - orang bagus yang berpotensi,” tutup Andovi dan Andreas. (dcl)