Oleh : Ari Mei Wahyuni
Pesta demokrasi rakyat Indonesia akan dimulai. Tak lama lagi, wajah pemimpin Indonesia 5 tahun kedepan akan terlihat. Dari banyak calon tersebut, semuanya pasti mengkampanyekan dirinya sebagai salah satu pemimpin yang baik bagi Indonesia. Begitu banyak hal yang dilakukan agar mereka terpilih nantinya. Salah satunya adalah sosialisasi ke masyarakat tentang program kerja yang akan dilaksanakan jika terpilih dan mengutarakan janji-janji kepada masyarakat.
Tapi sayang, tak semua pemimpin yang terpilih merealisasikan program kerja dengan penuh. Kebanyakan dari mereka menjadi 'mabuk' setelah duduk di kursi pemimpin. Dan disaat 'mabuk' apapun tampaknya tidak akan mereka dengar termasuk aspirasi dari rakyatnya sendiri. Padahal mendengarkan rakyat dahulunya adalah janji yang mereka ucapkan. Janji yang bila ditepati dapat membantu membangun dan memajukan bangsa Indonesia serta dapat menjadi acuan dalam membentuk program kerja yang baru.
Tentu saja kejadian tersebut membuat masyarakat kecewa. Jika dahulu kekecewaan masyarakat hanya jatuh pada pemimpin yang telah duduk di kursi jabatan, maka kini kekecewaan tersebut kian berkembang dan berubah wujud. Dan ketidakpercayaan merupakan wujud baru dari kekecewaan masyrakat yang lebih ditujukan kepada calon pemimpin Indonesia.
Diharapkan pemimpin lebih bekerja keras dalam mengemban tuasnya sebagai ayah dari rakyat yang telah memberinya kesempatan sehingga dapat mengembalikan kepercayaan masyarakat. Selain itu, calon pemimpin diharapkan lebih dapat menyeimbangkan apa yang mereka utarakan ketika belum terpilih dan sesaat setelah terpilih.