Oleh : Aurakasih Cetaanjali Tanama Putra
“Ada pertanyaan?” begitulah kalimat yang sering terlontar ketika sudah sampai di penghujung presentasi. Tidak ada yang mengangkat jarinya, hanya kepala yang menoleh ke kanan dan ke kiri. Hening. Hawa canggung mulai terasa, hingga seseorang akhirnya mengacungkan tangannya tinggi. Semua mata tertuju padanya. Dua ekspektasi yang akan dipikirkan oleh yang lain: antara pertanyaan berbobot atau hanya ‘asal bertanya’.
Tetapi apa sebenarnya definisi dari ‘asal bertanya’? Dan pertanyaan apa yang dikatakan sebagai pertanyaan yang ‘berbobot’? Menurut saya, itu tergantung dari alasan yang mendasari pertanyaan itu. Jika seseorang bertanya untuk dapat merasakan yang disebut dengan ‘Aha Moment’, maka pertanyaan yang dilontarkan dapat dikatakan sebagai pertanyaan yang berbobot. Namun, sering kali orang bertanya hanya untuk mendapat perhatian, atau jika dilihat dari sudut pandang yang lebih positif, dia hanya ingin menghargai sang presentator.
Di beberapa kejadian, seseorang melontarkan pertanyaan yang sudah mengandung jawaban di dalamnya. Hal ini menimbulkan banyak reaksi negatif dari rekan satu kelas. Sang presentator akan merespon dengan kalimat, “Yang penting sudah ada keberanian untuk bertanya, itu sudah bagus.”
Situasi seperti ini justru sangat memprihatinkan bagi masa depan bangsa. ‘Critical thinking’ atau pemikiran kritis merupakan istilah yang sudah sangat umum digunakan. Bagaimana seseorang dapat mencapai titik tersebut jikalau situasi ini terus terjadi? Untuk itu, keterampilan bertanya harus dikembangkan pada setiap individu. Untuk mencapai fase berpikir kritis, seseorang harus berlatih bagaimana cara membuat pertanyaan yang berbobot. Keterampilan bertanya sebenarnya juga berfungsi sebagai instrumen untuk mengukur kemampuan awal dari seseorang. Ini menjadi alat yang digunakan untuk meluruskan tali yang kusut pada otak.
Dengan pertanyaan yang berbobot, seseorang dapat membuka perspektif baru dan terbuka dengan segala kemungkinan. Individu juga akan berkembang dengan lebih baik, menjalankan kehidupan dengan pemikiran yang lebih terbuka dan penuh dengan makna. Itulah mengapa bertanya dengan lebih baik dapat meningkatkan kualitas pemikiran seseorang.
Referensi :
Kompas. (2012, 2 Januari). Mengapa Kita Malu Bertanya Saat Presentasi?. Diakses dari (https://nasional.kompas.com/read/2012/01/02/14232634/~Karir~Dunia%20Kerja)
Syazali, M. & Nursaptini (2021). Observasi Keterampilan Bertanya Mahasiswa Melalui Implementasi Student Questioning Card (SQC). Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi, 9(2), 82-89.

