Tampak jejeran kertas tebal bercorak pelangi tersusun rapih di tiga rak kayu berbentuk persegi panjang yang tingginya hingga dua meter tersebut. Bukan sembarang kertas yang hanya berisikan coretan tulisan ‘guyonan’ saja namun didalamnya terdapat jutaan kisah yang dituangkan lewat tulisan sehingga kini menjadi tombaknya Madyapadma.
Puluhan buku karya anak-anak Madyapadma Jurnalistic Park tertata rapi di tengah lemari kayu. Berbagai perkara disinggung di dalam buku-buku tersebut. Mulai dari hal-hal ringan hingga cukup berat tuk dibahas. Siswa-siswi berseragam putih abu itu berhasil unjuk diri. Tampilkan bakat mereka. Meluncurkan buku-buku yang menarik hati. Jauh sebelum itu mereka masih sama dengan anak jurnalistik di sekolah lain. Sekedar mengerti bagaimana cara membuat majalah dan majalah dinding. Tidak ada hal yang begitu spesial. Namun, siswa-siswi yang tergabung dalam Madyapadma Journalistic Park angkatan 25 berhasil membuat gebrakan. Untuk pertama kalinya Madyapadma berhasil menerbitkan sebuah buku.
Bali, Oh Nasibmu buku pertama Madyapadma yang menyinggung problema-problema yang muncul di pulau dewata ini. Ni Wayan Pratami Nur Armayani,S.Pd.H selaku pemimpin umum Madyapadma Journalistic Park angkatan 25 mengaku bahwa kumpulan artikel itu berisi harapan agar kita sebagai penduduk lokal lebih “ngeh” dengan kondisi pulau yang kita tempati. Pariwisata di pulau kecil ini memang cukup maju. Namun, kondisi alamnya cukup memprihatinkan. Ananta Wijaya selaku Pembina Madyapadma Journalistic Park, selalu meluangkan waktunya untuk kawan-kawan Madyapadma. Pria bertopi itu juga yang terus memberi dorongan dan semangat kepada anggota Madyapadma angkatan 25 sehingga buku kecil berjudul Bali, Oh Nasibmu berhasil diterbitkan. “Nggak nyangka sama sekali bakal nerbitin buku. Kita dulu taunya mading dan majalah aja. Gimana cara membuat majalah yang baik. Kalau masalah penerbitan buku emang pembina kita yang paling berperan buat nyemangatin,” aku Ami menerawang ke belakang. Tidak lengkap rasanya penerbitan buku tanpa adanya upaya untuk memperkenalkan buku tersebut. Pameran serta pemutaran film menjadi sasaran empuk untuk Madyapadma dalam melakukan promosi buku. Respon positif diterima anggota yang berada di bawah naungan Madyapadma Journalistic Park.
Buku kecil tersebut kini telah berhasil membuka jalan yang lebih besar untuk buku-buku lain karya Madyapadma. Anggota Madyapadma angkatan 25 berhasil menjadi pelopor yang baik. Setelah buku perdana tersebut, anggota Madyapadma makin bersemangat untuk menghasilkan karya-karya setiap tahunnya. Buku yang berhasil diterbitkan pun bukan hitungan jari lagi. Terhitung sampai saat ini Madyapadma telah berhasil menerbitkan 67 buku. Mulai dari kumpulan cerpen, kumpulan hasil penelitian, kumpulan artikel, kumpulan berita dan masih banyak lagi. Setiap tahun Madyapadma selalu berusaha untuk menerbitkan karya-karya terbaiknya. Hal yang sama pun akan dilakukan di tahun 2019 ini. Madyapadma akan kembali meluncurkan karya dalam bentuk buku pada presslist 10 nanti. Tahun berganti tahun, akan selalu ada perubahan yang mengiringi peluncuran buku karya Madyapadma. Mutiara Diva Ramadhani (16), salah satu steering comitte presslist 10 sekaligus ketua desk buku 41 mengaku bahwa setiap tahunnya buku Madyapadma akan terdapat terobosan baru baik dari segi isi, jenis buku, maupun cara pengemasannya. Mutiara juga mengungkapkan bahwa kini dirinya dan kawan-kawan tidak hanya mempersiapkan buku-buku yang akan diluncurkan pada presslist 10 melainkan juga konsep utama yang digarap Madyapadma untuk Presslist 10 kini bertajuk “Festival Buku” serta Presslist 10 tentunya akan hadir dengan berbagai jenis kegiatan mengenai buku. Rintangan pasti datang menghadang. Cobaan pasti datang menghujam. Tidak ada jalan yang mudah menuju kesuksesan dan semua itu butuh pengorbanan. “Ya, aku harap dengan adanya buku karya Madyapadma adalah langkah awal dalam mencetak jurnalis muda kreatif Indonesia," ucap gadis berambut panjang di akhir wawancara. (dyt/sa)